SEJARAH HANBOK KHAS KOREA

Sejarah Hanbok khas Korea juga mempengaruhi jenis bahan yang digunakan oleh kalangan tertentu. Misalnya kalangan atas akan memakai hanbok dari kain rami yang ditenun atau bahan kain berkualitas tinggi, seperti bahan yang berwarna cerah pada musim panas dan bahan kain sutra pada musim dingin. Mereka lebih menggunakan warna yang bervariasi dan terang. Namun untuk rakyat biasa, mereka tidak  dapat menggunakan bahan berkualitas bagus karena memang harga yang tinggi membuat mereka tidak sanggup membelinya.

Selain pakaian yang begitu menarik, aksesoris pada kepala pun menjadi salah satu hal pendukung saat memakai Hanbok. Aksesoris ini berupa konde yang juha berfungsi sebagai pengencang ikatan rambut. Karena baik pria maupun wanita Korea pada zaman dulu, selalu memelihara rambut mereka menjadi panjang. Pada saat mereka menikah, mereka akan mengkonde rambutnya.

SEJARAH HANBOK KHAS KOREA (3)

Sejarah Hanbok khas Korea juga membuat pria mengkonde (mengikat) rambutnya sampai atas kepala (sangtu), sedangkan wanita mengkonde sampai batas di belakang kepala atau di atas leher belakang. Ada lagi perbedaan untuk wanita yang berprofesi sebagai penghibur seperti kisaeng. Mereka memakai aksesori wig yang disebut gache. Gache sebenarnya sempat dilarang di istana pada abad ke-18. Pada akhir abad ke-19, gache semakin populer di antara kaum wanita dengan bentuk yang semakin besar dan berat.

Nah untuk tusuk konde binyeo, ditusukkan melewati konde rambut. Binyeo ini terbuat dari bahan yang bervariasi sesuai kedudukan sosial pemakainya. Tak hanya itu, pada hari pernikahannya, wanita Korea juga mengenakan jokduri dan memakai ayam untuk melindungi tubuh dari cuaca dingin. Untuk pria menggunkan gat, topi yang dianyam dari rambut kuda, yang juga bervariasi model dan bentuknya sesuai status atau kelas.

Nah itulah informasi mengenai Sejarah Hanbok khas Korea yang bisa kami sampaikan kepada anda. Semoga bisa menambah wawasan anda tentang Korea Selatan ya. Sampai jumpa di ulasan berikutnya.